TEATER SEMARANG dari/ke MASA

30 Tahun Teater Semarang
(Data: Babahe & Alvi)


Tulisan ini sekadar yang kami ingat, selama mengetahui perjalanan Teater di Semarang. Baik ingatan dalam bentuk cerita dari pendahulu kami, pengamatan, membaca maupun ikut serta didalamnya. Mengapa 30 Tahun? Untuk mempermudah ingatan saja. Itu saja masih kami bagi menjadi 3 dasa warsa. Dan masih sebatas yang kami ketahui.

30 Tahun Teater Semarang, dalam tulisan ini, kami awali dari tahun 1980. Perjalanan tahun-tahun sebelumnya, saya belum mampu memberanikan diri menulis. Karena saya masuk kota Semarang baru tahun 1985. Harapannya, muncul tulisan-tulisan lain, guna melengkapi kasanah dan perbendaharaan Perjalanan teater di Smarang.

Dalam tulisan ini, lebih fokus pada perjalanan, aktivitas atau gerakan yang dilakukan para pekerja teater. Persoalan kualitas, mungkin saya turunkan pada tulisan yang lain.

Dasa Warsa Pertama (1980 -1990)
Kelompok Teater dari kampus yang ada (sebelum tahun 1983): Teater Kelas (Undip), Teatre SS (IKIP sekarang UNNes), Teater Wadas (IAIN) Teater Pitoelas (UNTAG). Kelompok teater umum: Teater Lingkar (Mas Ton), Teater Kuncup Mekar (Djawahir Muhamad), Teater Putih (Amran Hata), Teater Rangga (Maman suparman), Teater Waktu (Agus Maladi), teater "Ngaglik" (Waluyo Hadi), Teater DOM (Edi Morphin), Teater RASS (Alex PW), Teater Pedalangan (Eko Tunas). Dan yang lain (saya lupa).

Tahun berikutnya muncul teater kampus lain: Teater Emka (Sastra Undip), Teater Buih (Ekonomi Undip), dari IAIN: Teater Asa, Beta, Metafisis (IAIN), saya lupa tahunnya, apakah sudah ada? Teater umum terorganisir dalam wadah yang bernama KGTS (Koordinator GroupTeater Semarang).

Teater Buih lebih aktif mengadakan Festival Teater Pelajar/Sekolah. Dampaknya, muncul Kelompok Teater di Sekolah. Teater SMAN 1, Teater SMAN 3, Teater SMAN 5, Teater Dipo (SMA Diponegoro)Teater WTS (SMA Wiyata Tama), Teater SMEA 1 (sekarang SMKN 2), Teater SMAN 6, Teater SMA Sedes, Teater SMA 9, Teater SMA Mataram, Teater SMA Ksatrian, SMA Sudirman, SMEA Veteran, SMA Loyola, dan lainya saya lupa. Maraknya kegiatan teater di sekolah, tidak lepas dari peran serta para pekerja teater. Baik dari kampus maupun umum. Mereka masuk ke sekolah, sebagai pelatih, pembina, bahkan penyandang dana (tombok).

Fungsi KGTS dalam hal ini, sebagai wadah bertemunya kelompok teater (umum) Semarang. Agendanya meliputi: pementasan, workshop, diskusi, bank naskah. Dasa Warsa Pertama, sepertinya belum tampak jejaring atau kerjasama dengan luar kota. Termasuk Yogya, Solo, Jakarta, Bandung. Mungkin secara personal, beberapa pelaku teater Semarang, ada yang bekomunikasi dengan tokoh Teaater dari luar kota.

Di Dasa Warsa Pertama, naskah yang dipentaskan, masih didominasi naskah dari luar (bukan karya penulis Semarang). Naskah yang laris pada Dasa Warsa Pertama ini antara lain: Kapai-kapai, Mega-mega, karya Arifin C Nur. Bila Malam Bertambah Malam, AUM, DOR (Putu Wijaya). Domba-domba Revolusi, Abu (B Sularto), RT Nol RW Nol, Petang di Taman, Bulan Bujur Sangkar (Iwan Simatupang).

Penulis naskah Semarang yang muncul antar lain: Giwing Purba (Titian Musibah/Min Gereh, Kamasutra, Sakit itu Mahal, Rentenir, Kalabendu dll), Alex PW (Jangan Bicara Soal Mati), Eko Tunas (Langit Berkarat, Menunggu Tuyul, Nyi Panggung,Ronggeng Keramat, Pasar kobar, Monalisa, Gunung Sampah dll), Prie GS (Was-was, Kursi, Blong, Sekolah Unggulan, Laron-laron dll), Agus Maladi (Bulan Sepotong Semangka,Opera Dukun Tiban, Opera Pelangi, dll). Yang menarik, naskah tersebut ditulis untuk kebutuhan kelompok teaternya sendiri.

NB:
  • Teater Sekolah: Persoalan yang mendasar tentang keaktoran, lewat. Artinya para pemain telah menguasai vokal, gestur, ekspresi, tempo, irama, penguasaan panggung. Peran Pelatih, baik pelatih dari kampus maupun teater umum, berpengaruh pada bentuk/model/gaya garapan. Termasuk memengaruhi militansi para sisiwa.
  • Teater Kampus: Selain hal diatas, lebih pada kedalaman karakter. Tingkat kedalamannya, tergantung pada pencarian para pegiatnya. Campur tangan dari teater umum, minim. Sehingga teater kampus punya warna tersendiri. Kemilitansiannya lebih pada kelompok, bukan pada teater.
  • Teater Umum: berlatar belakang para anggautanya adalah orang yang kepingin berteater, segala hal yang berkatian dengan teater, Total. Kenapa? (cari sendiri! Bisa tanya pada Mas Ton, Agus Maladi, Mas Djawahir, Pak Nasrun M Yunus). Bentuk garapan beragam.


Dasa Warsa Kedua (1990 -2000)
Di Dasa Warsa Kedua, kelompok teater sebelumnya ada yang masih bertahan, ada yang tumbang. Dan ada kemunculan kelompok teater baru. Paling marak, munculnya kelompok teater dari kampus. Antara lain: Teater Mimbar (IAIN), Teater Setrika (AKA) Teater Temis, Teater Dipo (Undip), Teater Jong, Teater Cerna (STIMIK AKI/UNAKI), Teater Kaplink (STIMIK DIAN NUSWANTARA/UDINUS), Teater Gema (IKIPPGRI/UPGRIS), KB-Esa (Unisula), Teater TAMU (IKIP/Unnes), teater Angka (Stikubank), teater Pandan (USM),

Teater Buih semakin naik daun, sebagai wadah adu gengsi para pelatih teater Sekolah. Ajang Festival Teater Sekolah/Pelajar, menumbuhkembangkan teater Sekolah. Bertambahlah kelompok teater sekolah. Teater SMIP, teater SMA Muhammadiyah, SMAN 4, SMAN 2, SMAN 11, SMAN 15, STM Pembangunan, SMA Agus Salim, SMA Snop, SMA Kartini, SMKK Kartini,

Tahun 1996, terakir kali teater Buih mengadakan Festival Teater Pelajar. Para pelatih teater Sekolah mulai gelisah. Terbentuklah KSTSS (Kelompok Studi Teater Sekolah Semarang). Sebagai wadah untuk mengekspresikan teater sekolah. Kegiatannya meliputi, work shop, kemah dan latihan bersama, pentas. Teater SMPN 1 dan SMPN 8, terwadahi disini. Karena pada saat itu (sampai sekarang) belum ada ajang festival untuk tingkat SMP.

Di akhir Dasa Warsa Kedua (tahun 1999/2000), Teater Kampus berproses bersama, dalam satu naskah kolosal, berjudul "BALAD." Menariknya, proses ini tidak mampu sampai pada Pementasan. Namun menelurkan sebuah Team, yang menamakan diri SAS (Sasi Ageng Semarang). Apa itu?

Teater Umum yang masih produktif: teater Lingkar, teater Waktu, teater Rangga, teater Rass (1993 hilang). Taeter Kuncup Mekar proses menjadi Aktor Studio. KGTS mulai kendor. Pelakunya sibuk proses dirumah tangga masing-masing. Puncaknya ditahun 1993, KGTS mengadakan acara yang meliputi: Pentas Teater dari luar dan dalam kota. Selain itu ada work shop dan diskusi, yang menghadirkan Margesti, Budi Otong (teater SAE Jakarta).

Di akhir Dasa Warsa Kedua, muncul yang kemudian menghilang, kelompok teater menamakan diri, Teater Kompor (Agung Kompor). Dengan warna baru, untuk ukuran di kota Semarang. Satu lagi, dengan menamakan diri "Suku Blunder." Pilihan Ruang ekpresinya, out door. Konsep dan bentuk, tanya Daniel Hakiki.

Diawal Dasa Warsa Kedua, naskah yang dipentaskan masih seperti Dasa Warsa Pertama. Dipertengahan Dasa Warsa, mulai seimbang dengan naskah lokal Semarang. Dan menjelang akir Dasa Warsa Kedua, bersemian karya penulis Semarang yang dipentaskan.

NB:
  • Pegiat teater kampus maupun teater umum, berjibaku melatih teater di Sekolah. 
  • KSTSS mengadakan Festival Teater Pelajar se Jateng (1998). 
  • Di Dasa Warsa Kedua, jejaring dengan kelompok teater dari luar kota, mulai merebak. Pentas keluar kota, dimulai. 


Dasa Warsa Ketiga (2000 -2010)
Dasa Warsa Ketiga, Teater Umum mulai merebah. Teater Waktu hanya 1 kali pentas dalam Dasa Warsa ini. Yaitu kira-kira tahun 2003, setelah hampir 10 tahun tidak produksi. Aktor Studio pun demikian. Teater Lingkar masih produktif disetiap tahunnya. "Suku Blunder" masih menemani, diawal Dasa Warsa ini. Juga Teater Kompor. Yang kemudian meng-entah.

Pertengahan Dasa Warsa Ketiga, muncul kelompok teater baru. TOP (Teater Of Paint, Alex Purwo). Teater Jelajah (Agung Kompor). TOP sempat menggoyang dan meresahkan masyarakat teater di Semarang, Solo, Jogja, dan sekitarnya. Mengapa? (bisa tanya EkoTunas, Agung Hima, Halim HD).

Di Dasa Ketiga, Teater Kampus mulai MERAPATKAN BARISAN, dalam wadah SAS (Sasi Ageng Semarang). Team kurang dari 10 orang. Intensitas bertemu tinggi. Fungsi SAS sebatas mediator, motifator, fasilisator. Bukan Aktor maupun Kreator. SAS membelah diri menjadi 2 kelompok Apresiasi (tulis dan lisan). Apresiasi tulis menelurkan Tabloid TANDA BATJA. Apresiasi lisan KBAS (kelompok Belajar Apresiasi Seni), diskusi, bedah naskah, bank naskah.Yang diapresiasi bukan semata Teater.

Sebagai pelaku teater, SAS mulai gelisah. Kerinduan akan proses tersembul. Alvi dan Babahe membentuk KOMPAS (komunitas panggung), Adiet dkk membentuk Next. KOMPAS mengakomodir teater pelajar dengan membuat kegiatan parade teater pelajar se Kota Semarang. juga melakukan pentas produksi dengan mementaskan naskah (Pinangan, Pasar Kobar, Laron-laron, Obrok Owok-owok Ebrek Ewek-ewek, Blong, dll). Next? Tanya Adiet.

SAS bergulir menelurkan komunitas "Gender Setengah Tiang." Sebagai organiser sebuah pementasan Akbar dan Spetakuler, "AROK," karya dan Sutradara Beny Benke.

Menurut saya, tahun 2003/2004 adalah puncak (atau akir?) dari perjalanan 30 tahun Teater Semarang. Setelah tahun tersebut terasa sepi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 sampai 2 tahun kemudian teater Semarang mulai tertatih-tatih untuk bangun. Muncullah FOTKAS (forum teater kampus semarang/Anton Sudibyo dkk). Sebagai wadah untuk menampung Kegelisahan bagi generasi berikutnya. Salah satu agendanya adalah, pentas rutin malem Selasa Pahing di TBRS.

Waktu bergulir, lahirlah teater baru antara lain:Teater Sawo Kecil, Teater Sangkur Timur, Teater Kolam Kodok/Konsep (POLINES), Teater Satu Indonesia, Teater Amongjiwo, Teater Cabank (UNISBANK),Teater Gther Whas (UNWANHAS). Kehidupan teater di Semarang, merayap mulai marak kembali.

NB:
  • Di pertengahan Dasa Warsa Ketiga sampai akir,Teater umum hanya Teater Lingkar yang masih Produktif. 
  • Teater Sekolah yang masih aktif: Teater Sadewa (SMAN 2), Teater SMAN 3, Teater Asmat (SMAN 4), Teater SMAN 15, Teater Sukma (SMKN 2), Teater Ruke (SMA SULA 1). 

Sekali lagi, tulisan ini sekadar data yang kami ingat. Masih banyak yang terselip/lupa. Bahkan data ini mungkin ada yang kurang tepat, soal tahun peristiwa. Namun setidaknya, tulisan ini bisa sebagai pemantik dan pelengkap, penulisan perjalanan teater di Semarang. Pesoalan ada kesalahan dalam pengetikan, mohon koreksi dan maaf.

Ditulis di TBRS, 12 Februari 2018, oleh: Widyo Babahe Leksono

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Lahir di Jepara, Desember 1960. Sejak SD, dia hobi membaca majalah Panjebar Semangat. Karena itu, sekarang dia sangat senang menulis dalam bahasa Jawa, baik puisi, cerpen, dongeng, maupun naskah drama. Bukunya yang telah terbit adalah naskah drama berjudul Gayor (1998) dan dongeng pada tahun 2008 berjudul Roro Jonggrang Nagih Janji, Nawang Wulan Bali Kayangan, Lutung Kasarung, Ciung Wanara, dan Naga Baru Klinthing. Buku terbarunya sebelum buku tips mendongeng ini adalah Blakotang: Geguritan Blakblakan (Gigih Pustaka Mandiri, Februari 2012) dan antologi dongeng media literasi Pocong Nonton Tivi (LeSPI dan Tifa, Mei 2012). Oktober - November 2012 dan Maret - April 2012 memberikan workshop kepenulisan bagi murid-murid SD Pesona Astra dan SD Surya Persada Pangkalanbun, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, hingga melahirkan dua buku kumpulan cerita anak sawit: Jin Pohon Sawit (Gigih Pustaka Mandiri, April 2012) dan Hutan Larangan (Gigih Pustaka Mandiri, Juni 2012).

4 komentar:

  1. Menarik boss, sebagai langkah awal untuk menggambarkan perjalanan Teater di Semarang (yang sudah mulai muncul sejak tahun 1950-an). Catatan yang akan mempermudah untuk dikembangkan lebih lengkap. Sehat selalu...

    BalasHapus
  2. KGTS sudah terbentuk pada tahun 1970-an.

    BalasHapus
  3. Teater Bintang pimpinan Abdul Hadi Mch (Handayani) lupa disebut

    BalasHapus
  4. maturnuwun bah, kayaknya perlu untuk tiap2 generasi menulis tersendiri jd lebih memberi gambaran utuh. Oya, FOTKAS lahir 2006

    BalasHapus